Sawahlunto dikenal dengan sebutan kota budaya atau kota multi etnis atau kota multicultural, dimana terdapat banyak sekali grup kesenian yang mewakili daerah asalnya masing-masing. Beragam dan berbudaya,... sesuai dengan aneka ragam suku dan budaya masyarakat di sana. Ada Randai, saluang, gamaik (yang mewakili kesenian minangkabau), ada juga paguyuban batak, ada juga barongsai (tionghoa), ada Paguyuban sunda dan ada juga campur sari, keroncong, wayang dan Kuda kepang yang mewakili suku jawa. Saat ini, saya ingin sedikit bercerita tentang salah satu kesenian tradisonal yang dimiliki oleh Kota Wisata Sawahlunto, yaitu Kuda Kepang.
Kuda Kepang atau jaran kepang atau kuda lumping adalah salah satu kesenian tradisional jawa yang terdapat di Kota Sawahlunto. Saya sendiri kurang begitu tau, sejak kapan tradisi kuda kepang ini ada dan bagaimana asal muasalnya. Tapi yang saya tau, sejak kecil saya sudah mengenal kesenian kuda kepang ini di kota sawahlunto. Dan mungkin kesenian ini adalah salah satu kesenian favorit ku sedari dulu.
Kuda Kepang sendiri adalah kesenian jawa yang "mengundang" arwah para leluhur. Dengan di iringi alunan gamelan dan gendang. Kesenian ini dimulai dengan tarian para penari kuda lumping. Dengan dandanan seperti para punggawa kerajaan, para penari naik keatas kuda-kuda-an yang terbuat dari kulit bambu (gedek bahasa sawahlunto-nya). Mereka mulai meliuk-liukan badan dan bergoyang sesuai dengan alunan musik yang dimainkan. Tariannya lebih kurang sama seperti jaipongan.
Alunan musik yang indah tersebut semakin lama akan semakin meriah dengan gendang yang mulai berdentum dentam. Di sinilah episode pemanggilan arwah para leluhur tersebut dimulai. Saat irama musik mulai memanas maka satu per satu para penari mulai bergulinagn di tanah. Tubuhnya mengejang dan tatap matnya berubah tajam. Yah.. saat itu, dia bukanlah manusia lagi...! Arwah leluhur telah masuk kedalam tubuh para penari...! Sebuah keindahan seni yang memadukan musik tradisional dan "dunia lain".
Arwah leluhur yang meminjam tubuh manusia tadi, akan ikut bergoyang sesuai dengan irama musik gamelan dan degung yang dimainkan. Menurut beberapa orang, jaman dulu hiburan gamelan, degung dan jaipongan adalah musik dunia dugem masa itu. Jadi arwah leluhur yang masuk ke tubuh manusia tadi akan merasa sedang bermain atau sedang berjoged di masa nya dahulu. Arwah yang masuk pun akan berbeda-beda di setiap tubuh manusia. Ada yang bertingkah seperti monyet, ada yang bertingkah seperti sinden/penyanyi, ada yang bertingkah seperti mandor, ada yang bertingkah seperti pelawak dll.
Jadi jika anda dan rombongan datang ke sawahlunto, silahkan hubungi Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto untuk mem-booking kesenian kuda kepang ini. Seakan kurang lengkap jika anda datang ke sawahlunto, tetapi tidak melihat atraksi dan pertunjukan seni kuda kepang ini. Biasanya, kuda kepang akan enak dinikmati pada waktu weekend, seperti sabtu atau minggu sore.
Anda akan diberi hiburan yang menyenangkan. Selain tingkah lucu para arwah leluhur yang kadang mengocok perut, ada juga yang makan kaca/beling, ada yang makan ayam hidup-hidup, ada yang membuka kelapa dengan gigi,.. dan yang lebih hebatnya lagi ada yang bisa mengobati penyakit atau anda bisa meminta pagar diri/tameng diri dari segala hal yang berbau mistik. Saat saya menyaksikan pagelaran kuda kepang ini, saya melihat seorang bapak yang menggendong anaknya yang tengah sakit. Bibir si anak pucat dan badannya terlihat lemah dan tak bertenaga. Saya penasaran dan membantu bapak tersebut menggendong anaknya, dan ternyata badan anak tsb sangat panas dan berkeringat. Sambil membaca sedikit mantra, arwah leluhur yang meminjam tubuh manusia tadi memberikan air minum yang berisi doa dan membasahi wajah dari anak yang sakit tadi. kemudian dia meminta dibawakan kelapa muda. Setelah dikupas dengan gigi nya sendiri, air kelapa tersebut di campur dengan beberapa kembang/bunga untuk diminum oleh si anak yang sakit di rumah nanti. Percaya gak percaya sih.. Tapi melihat banyak nya masyarakat sawahlunto yang menggunakan "jasa" arwah leluhur ini untuk mengobati penyakit,..bisa dibilang mereka percaya dengan pengobatan para arwah leluhur ini. Dan termasuk saya yang pernah meminta pagar diri sebelum merantau ke luar sawahlunto....
Saturday, May 1, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment